
Memasuki bulan Oktober, peralihan musim panas ke musim dingin sudah mulai mendekati akhir. Mendung hitam mulai sering menggantung di bawah langit sembari menahan curahan air yang menggelayut manja seakan tiada lagi dapat menahan sabar untuk jatuh menghunjam mayapada.
Hujan kemudian datang dan menghapus dahaga ibu pertiwi setelah selama enam bulan terpanggang teriknya mentari yang seakan membakar semua yang ada dan mengeringkan kerak serta meninggalkan debu yang menari-nari dipandu sang bayu.
Ah… alangkah nikmat aroma tanah basah ini… Alangkah segar napas ibu pertiwi…
Pet…
Tiba-tiba listrik mati, pada setiap saat butir-butir air itu membasahi tanah kami, seakan-akan benang-benang tembaga yang mengalirkan elektron-elektron itu begitu benci dengan air yang membuatnya harus berkali-kali mati.
jangan lupa dimatikan lilinnya
ntar malah kebakaran lagi:)
itu emang sistem otomatis pln. tiap ujan langsung mati. biar gak pada nyalain ac. bwakakakaka….
suroboyo eung udan mas…
puanass puolll
mungkin orang2 PLN suka yang romantis2…haha..
itulah kelemahan listrik Indonesia…kalo ada hujan listriknya mati
apa sampeyan berniat buka perusahaan listrik cadangan??
malah ngirit..
kan romantis kang
Itu biar lilin mereka laris terjual Mas
…
dan kang wedhouspun menyalakan lilin… meneruskan bercinta… *nguik*
wes.. cepak cepak teplok ae kang mben dino…
)
nek ning kene biasane mati lampune awan dan sudah ada pemberitahuan dari pln
gpp mas kl listriknya mati, kan bobo’e angler
PLN punya cabang pabrik lilin kali