Karena engkau hanya hidup sekali…
Setidaknya di kehidupan yang ini…
Maka buatlah sesuatu yang berarti…
Karena engkau hanya hidup sekali…
Setidaknya di kehidupan yang ini…
Maka buatlah sesuatu yang berarti…
Adakah di antara anda yang tahu apa itu cengkaruk?
Saya tidak tahu darimana asal kata cengkaruk dan bagaimana kata ini mendefinisikan sebuah makanan yang boleh dibilang sangat low profile.
Saya mendengar dan tahu cengkaruk sejak kecil dari ibu saya, dan saya tidak tahu darimana beliau mendapatkan istilah tersebut.
Saya menggunakan istilah low profile karena cengkaruk adalah makanan yang dibuat dari nasi aking yang digoreng. Bagi yang tidak tahu nasi aking, itu adalah nasi sisa yang dijemur supaya tidak “mambu”.
Ketika saya tweet mengenai cengkaruk, chiw menanyakan apakah cengkaruk sama dengan rengginang.
Tentu saja kedua makanan ini berbeda dari mulai bahan baku sampai dengan kastanya.
Rengginang dibuat dengan sengaja dari beras ketan yang ditanak kemudian di bentuk menyerupai kerupuk yang kemudian dijemur di terik matahari dan setelah kering kemudian digoreng.
Sedangkan cengkaruk dibuat sebagai tindakan kreatif atas nasi sisa yang dijadikan nasi aking
Kehidupan…
Sejatinya adalah perubahan…
Dari pagi menjadi senja…
Dari awal menjadi akhir…
Dari muda menjadi tua…
Maka jadikanlah dirimu berguna…
That’s it…
All this things really need to be changed…
Karena kamera pocket sudah almarhum dan mayatnya hanya bisa saya semayamkan di dalam laci tanpa pernah saya kuburkan, maka ketika diminta tolong untuk mengabadikan lukisan ke dalam format citra digital melalui kamera, sayapun harus toleh kiri dan kanan untuk mendapatkan seperangkat alat jepret.
Walhasil, setelah berburu pinjaman karena digital ke beberapa teman Loenpia, akhirnya mendapatkan pinjaman kamera Canon EOS 1000D dari Kopril yang sekarang menemukan fungsi baru dan guna kamera digital yang dimilikinya, motret anak lanang.
Karena sudah tidak pernah motret sejak tidak punya kamera apa-apa, dan motret hanya mengandalkan kamera pada perangkat telekomunikasi selular yang kemudian hanya diunggah pada layanan jejaring sosial twitter, sayapun kehilangan pengetahuan atas bagaimana kamera digital slr itu bekerja.
Saya kemudian berasumsi bahwa pada pemotretan citra diam tanpa perlu adanya pengambilan citra dekat dan jauh, maka akan jauh lebih bagus hasilnya jika menggunakan lensa tanpa zoom. Maka berkendaralah saya pada pagi buta menuju Leyangan, Ungaran hanya untuk meminjam lensa EF 50mm f/1.8 II dari Fiandigital.
Dengan teknik fotografi dengan kasta paling rendah yang saya miliki, hasilnya ternyata tidak mengecewakan, well, setidaknya untuk saya.
Hari ini, pagi tadi lebih tepatnya, saya menikmati film hasil unduhan dari torrent malam sebelumnya. Ada dua film yang saya unduh, pertama adalah Tintin dan yang kedua adalah Our Idiot Brother. Dua film yang beda jenis dan beda cerita.
Tintin adalah film animasi 3D dengan cerita yang penuh aksi dan petualangan sedangkan Our Idiot Brother adalah film drama komedi yang menyuguhkan cerita keseharian.
Keduanya bagus, seperti halnya rating di imdb yang memberikan nilai yang baik untuk kedua film. Tapi dengan kondisi dan keadaan saya sekarang, saya jauh lebih bisa menikmati film Our Idiot Brother daripada Tintin.
Tintin biasa saja, ceritanya datar dan menurut saya karakter Tintin terlihat lebih tua dari yang biasa saya lihat dan nikmati di komiknya. Dengan kerutan di dahi dan wajah yang sudah tidak kelihatan imut lagi.
Our Idiot Brother justru bisa membuat saya lebih bisa tertawa dengan kekonyolan kehidupan sehari-hari yang disuguhkan Paul Rudd.
Tapi satu hukum yang saya percaya, beda mata beda cahaya, beda suasana hati beda cara menikmati.
Tuhan memang tidak pernah bohong…
Selalu benar dan tiada pernah salah…
Tepat dan tidak pernah meleset…
Pada akhirnya…
Di tengah dera masalah yang datang silih berganti…
Satu-satunya hal yang bisa menyelamatkan adalah Tuhan pribadi…
Karena orang-orang akan mulai sibuk memikirkan diri mereka sendiri…
Oh Tuhan…
Sungguh Engkau maha membersihkan…
Menyikat kami begitu kuat…
Memeras kami begitu keras…
Hingga berguguran semua kotoran…
Oh Tuhan…
Tiada kami dapat bertahan…
Dari semua ujian dan tantangan…
Kecuali karena petunjuk dariMu…
Karena Engkau sejatinya jalan keluar…
sungguh… saya tidak sedang bercanda…
hanya saja saya malu mengakuinya…
makanya saya simpan serius saya…
dan mengatakannya dengan canda…