Beberapa waktu yang lalu, saya berada di antara pembicaraan antara bapak-bapak berusia antara 46 – 56 tahun yang bercerita tentang kota Semarang jaman dahulu dan keadaan-keadaan di masa mereka kecil. Diceritakan, jaman dahulu rumah-rumah tidak serapat sekarang dan antara rumah yang bersebelahan terdapat “lengkong” karena rumah tidak dibangun selebar tanah kapling.
Diceritakan pula bagaimana susahnya keadaan jaman dulu di mana setiap hari makan sayur dan makan telur saja sebuah kemewahan yang tiada tara. Bapak yang satu bercerita kalau makan telur tidak mesti seminggu sekali dan karena saudaranya banyak, ibunya menggoreng satu butir telur dengan sangat tipis sehingga jadi lebar dan bisa dibagi dengan saudara-saudaranya. Bapak yang satu bercerita kalau orang tuanya menggoreng telur yang dicampur parutan kelapa supaya jadi banyak dan cukup untuk seluruh keluarga.
Pengalaman makan daging ayam adalah salah satu puncak kemawahan yang bisa dinikmati bapak-bapak tersebut ketika mereka masih kecil, dan mendapatkan sesuwir daging “ingkung” dari acara selamatan adalah hal yang sungguh sangat luar biasa. Kemewahan sederhana dalam keprihatinan yang diceritakan tanpa raut muka sedih, semua adalah kegembiraan pada masa itu dan mengenangnya membuat mereka menikmati setiap waktunya.
Kemudian salah satu bapak mengeluh, bagaimana anak-anak sekarang, makan telur dan daging saja sampai bosan.
Kembali ke masa sekarang, membaca sosial media seputar hari raya dan bagaimana makanan berat dan ringan berlimpah sampai banyak yang ngetweet kalau mereka sampai bosan makan opor ayam dan sambel goreng yang umum dimasak ketika lebaran tiba, saya jadi teringat kelihan bapak-bapak yang saya ceritakan di atas tadi.
Jaman sudah berganti dan keadaan sekarang mungkin dalam beberapa hal sudah lebih baik dibandingkan dengan jaman dulu. Berbagai jenis makanan tersedia dan bisa diperoleh dengan mudah seiring dengan kemajuan teknologi dan perdagangan.
Sosial media memang tidak mewakili sebagian besar masyarakat, hanya yang mampu membeli perangkat dan menggunakan yang akan terhubung dengan lingkungan sosial media, yang beberapa dari mereka bercerita kalau bosan makan opor dan sambel goreng. Sebagian lagi yang tidak terhubung di sosial media mungkin masih sangat menikmati nikmatnya opor ayam dan sambel goreng ati yang mungkin malah hanya mereka nikmati kalau hari lebaran tiba.
Apapun itu, semoga semuanya bergembira di hari raya dan menikmati apa yang ada.