❊ Blackberry
  •   ☼  February 28th, 2013

Blackberry… atau yang biasa saya sebut dengan blekberi, sampai saat ini masih menjadi hal yang sangat asing bagi saya.

Seumur hidup saya, di tengah kemegahan dunia digital yang nadi serta venanya terbuat dari kabel optik yang terbentang di tubuh bumi, yang detak jantungnya mengalirkan jutaan bahkan miliaran paket informasi ke segala pelosok penjuru benua yang berakhir dalam genggaman masing-masing kita, saya belum pernah punya Blackberry.

Lahir dan besar di negeri yang diklaim sebagai negeri Blackberry, di mana berjuta-juta tangan penduduknya menggenggam, kepalanya tertunduk seraya matanya menatap kaca berpendar dan ibu jarinya bergerak lincah menyusuri papan kunci qwerty, belum membuat saya menjadi warga negeri Blackberry yang baik.

Saya menyukai teknologi, dari ketika sekeping sirkuit terintegrasi berinti tunggal sampai dengan inti ganda membuat barisan angka di layar 14 inci di atas meja, sampai membuat seseorang yang begitu jauh menjadi begitu dekat melalui layar selebar 4.2 inchi yang terhubung pada gelombang tak kasat mata yang mengalir begitu cepat dan deras dengan membawa suara, citra diam dan bahkan citra bergerak.

Saya menyukai design, dan kreativitas design telah mengevolusi perangkat komunikasi dari sebesar koper menjadi segenggaman tangan selebar 2.58 inci dan jarak antara telinga dan mulut direpresentasikan dalam ketinggian 5.12 inchi. Dan ketika design mengimbas pada estetika, dan tebal perangkat juga dijaga pada 0.35 inchi yang menghasilkan berat yang hanya 137.5 gram.

Selalu ada hal baru dalam perkembangan teknologi perangkat komunikasi selular, dan selalu ada saat pertama kali dalam hidup, dan belum pernah punya Blackberry bukan berarti saya tidak mau menjadi warga negeri Blackberry yang baik. Dan menjadi warga negeri Blackberry yang baik tidak musti harus membeli, karena bisa jadi dari juri yang lupa diri dan berbaik hati.